-->

Minggu, 21 Oktober 2012

Royan Dawud Aldian S1 Teknobiomedik - Pelopor Unair Mengajar

Royan Dawud Aldian S1 Teknobiomedik - Pelopor Unair Mengajar -  Untuk kesekian kalinya, kami mahasiswa Teknobiomedik merasa bangga atas prestasi yang telah dicapai oleh sahabat kami Royan Dawud Aldian atas prestasi dan kerja kerasnya dalam membangun dan menjalankan program Scolah - Unair Mengajar. Selamat!! Semoga selalu bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara tercinta kita INDONESIA... MERDEKA!!

TEMPO.CO, Surabaya - Terinspirasi sukses gerakan »Indonesia Mengajar” yang digagas Rektor Universitas Paramadina, Anis Baswedan, sejumlah kampus meluncurkan program serupa. Salah satunya adalah »Program Scolah Unair Mengajar" yang dilakukan Universitas Airlangga, Surabaya.

Royan Dawud Aldian

Dengan slogan »Memberi Harapan, Menebar Inspirasi, Membangun Mimpi” program ini diharapkan memberi warna pendidikan yang lebih segar bagi sekolah-sekolah yang berada di wilayah Jawa Timur. Pada angkatan pertama ini, Scolah Unair Mengajar menerjunkan 30 mahasiswa relawan pengajar muda. Mereka diseleksi dari beberapa jurusan yang ada di Unair.

»Progam ini tidak ada hubungannya antara organisasi Indonesia Mengajar dengan Scolah Unair Mengajar, melainkan ada keterikatan emosional saling sharing dan harus saling mendukung,” kata Ketua Yayasan Indonesia Mengajar, Anis Baswedan, saat peluncuran Scolah Unair Mengajar di kampus Unair, Rabu 17 Oktober 2012. Turut hadir dalam acara ini tersebut para Pengajar Muda Indonesia Mengajar Angkatan II dari wilayah Jawa Timur.

Anis mengatakan program-program mengajar ini penting karena pendidikan harus menjadi tanggung jawab semua orang. Makanya semua harus ikut bergerak dan turun tangan. Ia yakin anak-anak muda di Kota Surabaya punya semangat besar untuk itu. »Saya rasa teman-teman yang ada di Surabaya ini adalah yang meneruskan semangat perjuangan para pahlawannya, karena selama ini Surabaya adalah Kota Pahlawan,” kata Anis.

Ketua Program Scolah Unair Mengajar, Royan Dawud Aldian, mengatakan program ini mentargetkan bisa mengirimkan pengajar-pengajar muda ke sekolah-sekolah yang infrastruktur, sarana dan prasarananya, masih minim di Jawa Timur. »Untuk pendanaan  kami selaku panitia masih dari donatur maupun sponsor,’’ kata Mahasiswa Teknoiomedik Unair itu.

Menurut Royan, gerakan Program Scolah Unair Mengajar ini lahir karena Kota Surabaya yang meski sudah bergelar kota metropolitan tapi secara pendidikannya belum mencerminkan itu. Masih ada sebagian dari mereka yang termarjinalkan sampai saat ini. »Gerakan ini aka ada sampai masalah pendidikan ini tuntas,” kata Royan.

Dian Novita Fitriani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan sekaligus Ketua Divisi Rekrutmen Scolah Unair Mengajar mengatakan lokasi pengajar akan dipusatkan di tiga titik. Pertama di rumah belajar, di daerah Panjang Jiwo; kedua, di rumah belajar Suko Manunggal, dan SD binaan Sukoharjo.

BUDI SANTOSO - Sumber berita : Tempo.co & Yahoo Indonesia

Surabaya - Intelektual muda Anies Baswedan memberikan apresiasi gerakan "Scolah - Unair Mengajar" (School of Airlangga in Harmony - Unair Mengajar) yang digagas mahasiswa Unair dalam peluncuran gerakan itu di Auditorium Rektorat Unair Surabaya, Rabu.

"Gerakan itu positif dan harus dikembangkan, karena mereka tidak hanya bersemangat mengidentifikasi kekurangan, tapi mereka mengidentifikasi kekurangan dan turun langsung memperbaiki kekurangan itu," kata pendiri 'Gerakan Indonesia Mengajar' itu.

Didampingi sejumlah mantan pengajar muda dari "Gerakan Indonesia Mengajar" asal Surabaya dan sekitarnya saat peluncuran "Scolah - Unair Mengajar" itu, Anies menjelaskan mahasiswa selama ini hanya mengidentifikasi kekurangan dan meminta orang lain yang berbuat.

"Jadi, apa yang dilakukan mahasiswa Unair itu bukan aksi temporer, tapi mereka terlibat langsung dengan mendekati persoalan di tengah masyarakat. Persoalan itu didekati dengan gerakan, bukan didekati dengan program," katanya.

Rektor Universitas Paramadina Jakarta itu menilai nama "Scolah - Unair Mengajar" itu merupakan nama yang baik, karena orang yang belum tahu tujuan gerakan itu akan langsung mengerti maksud dari gerakan itu.

"Apalagi, motto-nya cukup menarik, yakni memberi harapan, menebar inspirasi, membangun mimpi. Rasanya, tujuan dan motto gerakan itu cukup memberi penegasan bahwa kekayaan terbesar bangsa Indonesia bukanlah pertambangan, tapi manusia-nya," katanya.

Hal itu, katanya, berbeda dengan pemikiran masyarakat dan pemimpin Indonesia yang melihat kekayaan Indonesia adalah minyak, gas, dan sejenisnya, padahal pemikiran seperti itu mirip pemikiran kolonial yang hanya membangun infrastruktur, tapi bukan membangun manusia.

"Karena itu, ketika masa penjajahan berakhir pada tahun 1945, kita memiliki infrastruktur yang cukup bagus, tapi 95 persen masyarakat buta huruf dan kita hanya memiliki 92 unit SMA pada saat penduduk Indonesia berjumlah 75 juta orang. Sekarang juga sama, kita nggak marah kalau nggak ada sekolah, tapi kita marah kalau nggak mendapat bagian pertambangan," katanya.

Menurut dia, mahasiswa Unair dengan gerakan "Scolah - Unair Mengajar" itu menjawab persoalan dengan cara seperti yang dilakukan para pejuang di Kota Pahlawan yakni berbuat. "Caranya cukup dua yakni melihat sekeliling dan turun tangan langsung," katanya.

Cara itu, katanya, akan berdampak besar, karena tidak hanya mengajar anak mengenyam pendidikan secara benar, tapi juga mengajar orang tua dari anak itu untuk membangun mimpi bagi anak-anaknya agar meneladani para mahasiswa Unair yang mengajari mereka.

Secara terpisah, koordinator gerakan "Scolah Unair Mengajar" BEM Unair, Royan Dawud Aldian, mengatakan peluncuran gerakan itu juga merupakan pengumuman nama dari 30 dari 178 mahasiswa yang lolos menjadi pengajar "Scolah - Unair Mengajar" untuk angkatan pertama.

"Nantinya, mereka akan kami latih selama 2-3 bulan untuk mengajar di berbagai rumah belajar (rubel) binaan kami selama ini, lalu mereka akan diterjunkan ke beberapa daerah untuk mengajar selama satu bulan saat mereka liburan semester," katanya.

Ia menambahkan ke-30 mahasiswa yang akan diterjunkan ke beberapa SD di Jatim itu tidak hanya mengajar secara akademik, namun mereka juga mengajarkan pengembangan diri untuk memberi harapan, menebar inspirasi, membangun mimpi sebagaimana motto dari gerakan itu. (*)

Sumber berita : Antara Jawa Timur

Surabaya (beritajatim.com) - Bertempat di Kampus C Universitas Airlangga, digelar acara Grand Launching dengan tema Scolah Unair Mengajar, Rabu (18/10/2012). Program mengajar Scolah Unair ini juga menempatkan tenaga-tenaga muda untuk mengajar di sekolah-sekolah terpencil.

Berawal dari keprihatinan mahasiwa Unair terhadap dunia pendidikan, pada tanggal 24 Desember 2011, BEM Unair membentuk sebuah gerakan yang berfokus pada dunia pendidikan dasar melalui salah satu departemen yang ada di BEM Unair, yaitu Departemen Pengabdian Masyarakat. Sebelum berkembang ke dunia pengajaran, awalnya mahasiswa-mahasiswa ini mengadakan gerakan 'satu mahasiswa satu buku' kemudian berkembang menjadi kegiatan belajar mengajar. Departemen yang dulunya bergabung dalam BEM pun, kini sudah berdiri sendiri menjadi BSO (Badan Semi Otonom).

Melalui Acara Grand Launching Scolah ini diharapkan semakin banyak mahasiswa yang berminat untuk mengajar di daerah terpencil yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Sebab tidak menutup kemungkinan, kota Surabaya yang besar ini, masih terdapat sekolah-sekolah yang perkembangannya memprihatinkan. Khususnya daerah pinggiran kota Surabaya.

Guna memperkenalkan program Unair mengajar, pihak penyelenggara tidak tanggung-tanggung dengan mengundang Anies Baswedan, selaku pengembang program Indonesia Mengajar dan sekaligus pemilik Yayasan Indonesia Mengajar. Pembicara lainnya adalah Eka Nugraha dari Dinas Pendidikan dan Belqis Pengajar Muda Angkatan Kedua.

“Saat ini program Scolah Unair Mengajar sudah memiliki dua rumah binaan yang terletak di daerah Panjang Jiwo dan Sukomanunggal. Kemudian untuk SD binaan saat ini terdapat di Pucukan, Gebang Sidoarjo. Waktu belajar disini 4 hari, pada hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu,” ujar Ketua Program Scolah Unair Mengajar.

Masing-masing rumah binaan memiliki 30-40 murid SD. “Kami saat ini membuka perekrutan untuk ikut ambil bagian dalam mengajar di sekolah terpencil selama satu bulan, mirip seperti KKN tetapi ini fokus untuk pendidikan saja,” tutur Royan.

"Sejauh ini yang rutin berjalan adalah forum kakak asuh atau fokas, oleh karena itu kami mengadakan grand launching supaya masyarakat lebih mengenal Unair. Apalagi untuk mahasiswa baru supaya ada minat untuk ikut ambil bagian dalam membangun bangsa dan Negara dari yang terkecil. [but]
Penulis : Mamik Bo Wijaya
Email : bo_sasindo@yahoo.com

Sumber berita : Berita Jatim

Royan Dawud Aldian S1 Teknobiomedik - Pelopor Unair Mengajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan tanggapan/komentar anda dikotak komentar dibawah ini, mohon tidak melakukan spam dalam komentar.

 
Iklan Jawa Pos | Toyota Insurance | Trainingsgerate