Alat Deteksi Detak Jantung Mobile Buatan Mahasiswa Teknobiomedik Universitas Airlangga - Bagi para penderita gangguan jantung, memastikan kondisi jantung dalam keadaan stabil setiap saat adalah hal yang penting. Tidak semua penderita gangguan jantung dapat rutin mengunjungi dokter atau rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Permasalahan inilah yang ditangkap oleh tim peneliti mahasiswa Tekno Biomedik Universitas Airlangga dan berusaha untuk dipecahkan solusinya.
Gambar sebagai ilustrasi
HRMD atau Heart Rate Monitoring Device adalah sebuah alat untuk mendeteksi dini kelainan detak jantung pada manusia. Deteksi dini ini berguna sebagai tanda awal serangan jantung pada penderita penyakit jantung. Umumnya, alat semacam ini dapat ditemukan di rumah sakit tentunya dengan harga yang relatif mahal dan sulit untuk dibawa keluar dari rumah sakit. Namun, HRMD ciptaan Thiera Ramadanika, Tyas Istiqomah, Rizki Firsta W, dan Agresta Afianti ini menepis semua kendala di atas.
Alat ini memanfaatkan sensor cahaya yang dipasangkan di jari tangan pasien, kemudian akan disambungkan secara wireless kepada alat receiver yang terdiri dari mikrokontroler, buzzer, dan LCD. Proses deteksi hanya dilakukan selama 10 detik, selanjutnya di layar LCD akan muncul angka bradikardi dan takikardi pasien. Yang membuat HRMD ini berbeda adalah kemampuan HRMD untuk dibawa mobile oleh pasien.
“Pasien dapat membawa dan memeriksakan kesehatan jantungnya kapan saja dan pada kegiatan apapun. Hal ini, karena kami mengkonsep alat ini agar dapat dibawa-bawa. Yang penting, sensor cahaya terpasang dengan rapat di jari, maka pemeriksaan jantung bisa dilakukan kapanpun, tanpa harus ke rumah sakit,” Jelas Thiera.
Akurasi dari HRMD hingga saat ini masih 80%. Hasil ini didapat setelah tim ini melakukan kerja sama dengan dokter spesialis jantung untuk menguji alat temuannya ini.
“Kami mengharapkan akurasinya 100%, karena dalam hal kesehatan, selisih 1% pun akan berakibat sangat fatal. Oleh karena itu, kami masih harus melakukan uji komparasi lagi. Jika kemarin kami uji komparasi dengan ECG, selanjutnya kami ingin uji komparasi hasil deteksi dengan pasien monitor yang ada di rumah sakit,” jelas Rizki.
Produk inovatif ini diciptakan bukan tanpa kendala. Kendala terbesar selama proses penelitian dan penemuan alat adalah mendapatkan alat sensor cahaya.
“Kami sampai harus import dari Amerika untuk alat ini. Sebenarnya alatnya sih murah di sana, tapi biaya mendatangkan alat tersebut ke Indonesia yang membuatnya mahal,” tambah Tyas.
Alat temuan mahasiswa Tekno Biomedik Unair ini tergolong produk inovatif. Ke depannya, mereka berharap dapat memproduksi secara massal produk ini sehingga memudahkan pasien yang memiliki gangguan jantung.
Original post by nunk on http://unair.ac.id/unair_v1/profilmhs.unair.php?id=38
Posted by Shindu Ramandita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan tanggapan/komentar anda dikotak komentar dibawah ini, mohon tidak melakukan spam dalam komentar.