BEBERAPA JENIS KELAINAN REFRAKSI PADA MATA DAN PENGGUNAANNYA OLEH LASIK (LASER-ASSISTED IN SITU KERATOMILEUSIS)
I. Pendahuluan
LASIK (laser-assisted in situ keratomileusis) adalah salah satu jenis dari operasi refractive untuk memperbaiki kelainan pada mata seperti miopia, hipermetropia dan astigmatisme. Jenis ini merupakan jenis yang paling sering digunakan dan paling terkenal dibandingkan operasi dengan bantuan laser (laser-assisted) lainnya, seperti PRK (photorefractive keratectomy) atau yang lebih dikenal dengan LASEK (laser-assisted sub-ephitelial keratectomy). Jenis ini umumnya tergolong aman dan menghasilkan penanganan yang lebih efektif untuk jenis kelainan pengelihatan yang lebih besar. Secara spesifik, LASIK melibatkan fungsi dan kemampuan dari laser untuk merubah bentuk kornea secara permanan. LASIK juga menawarkan kecepatan dan kemudahan tanpa menghasilkan rasa sakit dalam operasinya, juga, bagi sebagian besar pasien telah membuktikan bahwa LASIK telah memperbaiki secara total kelainan pada mata dan mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak (contact lenses).
II. Macam-Macam Kelainan Refraksi Pada Mata:
Secara umum, cara kerja mata persis seperti cara kerja kamera. Pada kamera, cahaya masuk melewati sistem lensa menuju film atau sensor CCD pada kamera digital. Pada mata, kornea dan lensa mata berada pada bagian depan mata (anterior chamber) dan fungsinya sama seperti lensa pada kamera. Retina berada di bagian belakang mata (posterior chamber) dan fungsinya sama seperti film atau sensor CCD pada kamera. Pada mata normal, berkas cahaya masuk melewati kornea dan lensa mata dan langsung difokuskan pada retina untuk menghasilkan bayangan yang jelas.
• Miopia
Pada penderita miopia, berkas cahaya yang melewati kornea dan lensa mata tidak terfokus pada retina mata, melainkan jatuh di depan retina, sehingga menghasilkan bayangan yang jelas pada objek yang dekat, namun bayangan menjadi kabur sama sekali ketika pasien melihat benda yang jauh letaknya.
• Hipermetropia
Pada penderita hipermetropia, berkas cahaya yang melewati kornea dan lensa mata terfokus bukan pada retina, melainkan pada bagian belakang retina, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada objek yang dekat, namun bayangan menjadi jelas ketika melihat objek yang jauh.
• Astigmatisme
Pada astigmatisme, berkas cahaya yang diterima oleh retina tidak terkumpul menjadi satu titik, melainkan menyebar, membentuk garis-garis vertikal, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
III. Cara Kerja LASIK
LASIK merubah secara permanen bentuk dari bagian sentral anterior pada kornea dengan memanfaatkan laser jenis excimer untuk meng-ablate (mengikis suatu bagian dari jaringan hidup dengan penguapan) sebagian kecil dari lapisan jaringan stroma kornea yang berada di bagian depan mata, tepat dibawah lapisan jaringan epitelium kornea. Agar tidak terjadi kesalahan operasi dan untuk menambah ketelitian hingga satuan mikrometer, saat operasi sedang berlangsung, sistem komputer melacak pergerakan mata pasien 60 hingga 4000 kali perdetik, tergantung dari sistem yang digunakan, kemudian menepatkan posisi laser pada peletakan yang presisi. Sistem modern saat ini bahkan secara otomatis langsung memfokuskan berkas laser tepat pada posisi visual axis pada mata pasien, dan akan berhenti dengan sendirinya apabila pergerakan mata diluar jangkauan kemampuan sistem, dan akan lanjut dengan sendirinya apabila mata pasien telah berada di posisi yang tepat.
Bagian lapisan luar dari kornea atau epitelium, merupakan jaringan yang lunak, hidup, terus memperbarui diri (regenerasi), dan dapat pulih secara sempurna apabila terjadi iritasi atau disayat -untuk keperluan operasi mata- tanpa kehilangan kejernihannya dari keadaan semula. Bagian lapisan yang lebih dalam disebut stroma kornea, terbentuk sebelum epitelium, dan memiliki kemampuan regenerasi jauh lebih lambat dan terbatas dibanding lapisan epitelium. Bagian ini, merupakan bagian yang diubah pada tindakan operasi mata dengan LASIK maupun PRK/LASEK. Apabila bagian ini dibentuk ulang oleh tindakan diatas menggunakan laser atau mikrokeratome (sayatan halus), maka bagian ini akan mempertahankan bentuk tersebut tanpa terjadi perubahan bentuk semula.
IV. PRK/LASEK versus LASIK.
Pada PRK/LASEK, lapisan epitelium pada kornea diambil dan dibuang sebelum laser ditembakkan ke mata. Karena PRK tidak membutuhkan sayatan permanen pada lapisan epitelium, namun lapisan epitelium dibuang dan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya, maka struktur kornea lebih stabil dibandingkan LASIK. Prosedur ini berbeda dengan LASIK, dimana bagian epitelium kornea dibuat suatu sayatan/flap dengan menggunakan mikrokeratome (pisau bedah halus), untuk menghasilkan sayatan/flap pada kornea setebal 100 hingga 180 micrometer sebelum laser ditembakkan ke mata, yang nantinya sayatan akan ditutup dan menyatu kembali dengan sendirinya oleh lapisan yang diambil sebelumnya. Untuk rasa sakit yang ditimbulkan, PRK menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan LASIK, dikarenakan pengambilan lapisan epitelium dilakukan secara keseluruhan.
V. Prosedur LASIK
1. Pra-operasi
Pemeriksaan komprehensif mata yang meliputi:
• Penentuan pengelihatan sebelum dan sesudah dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak.
• Penentuan besarnya kesalahan pengelihatan dalam setiap mata untuk menetapkan jumlah koreksi bedah yang diperlukan dan mengembangkan strategi operasi yang tepat.
• Penilaian permukaan kornea dengan topografi (kurvatur kornea atau bentuk), untuk mengkorelasikan bentuk kesalahan dalam fokus (berkorelasi bentuk kornea untuk astigmatisme refraksi), untuk menemukan penyimpangan, jika ada, dan untuk mengetahui penyakit yang dapat memburuk jika dilakukan pembedahan dengan LASIK.
• Pengukuran ukuran pupil dalam cahaya redup dan ruang. Ukuran pupil merupakan faktor penting dalam pengukuran pengelihatan malam dan penentuan tindakan koreksi oleh LASIK yang tepat.
• Penilaian motilitas untuk mengukur kemampuan otot untuk menyelaraskan mata.
• Pemeriksaan pada kelopak mata untuk melihat apakah kelopak berbalik ke dalam (mungkin bergesekan dengan kornea) atau ke luar dan mengarahkan aliran air mata terbuang dari mata yang mengakibatkan mata kering, dan kondisi lain.
• Pemeriksaan konjungtiva, membran transparan yang menutupi permukaan luar mata dan garis permukaan bagian dalam kelopak mata, untuk melihat apakah ada iritasi, kemerahan, pembuluh darah tidak teratur atau kelainan lainnya.
• Pemeriksaan kornea untuk menentukan apakah ada kelainan yang dapat mempengaruhi hasil pembedahan.
• Pemeriksaan dari lensa kristal untuk menentukan apakah terdapat kekaburan (katarak) atau kelainan lainnya yang ada.
• Pengukuran ketebalan kornea (dengan pachymetry). Jumlah koreksi LASIK dapat ditentukan sebagian oleh ketebalan kornea.
• Pengukuran tekanan intraokular untuk mendeteksi kondisi glaukoma atau pre-glaukoma. Glaukoma adalah kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan pada saraf optik yang diakibatkan tekanan yang terlalu tinggi di mata. Ini adalah penyebab umum kehilangan penglihatan dapat dicegah.
• Penilaian bagian belakang (segmen posterior) mata: Pemeriksaan pembesaran fundus digunakan untuk menilai kesehatan dari permukaan ke dalam mata (retina), dengan pupil terbuka penuh. Juga pemeriksaan retina, saraf optik, dan pembuluh darah untuk mengetahui sejumlah gangguan mata dan gangguan sistemik.
•Penanganan lanjut harus mencakup peninjauan kembali dari hasil pemeriksaan oleh dokter mata, konsultasi dengan pasien, pengujian tambahan yang diperlukan, dan adopsi rencana untuk perlakuan perawatan mata pasien.
2. Operasi
Selama operasi berlangsung, pasien dalam keadaan sadar dan dapat bergerak. Namun, pasien biasanya diberikan sedatif lemah (seperti Valium) dan tetes mata anestetik. LASIK dilakukan dalam 3 langkah. Langkah pertama adalah membuat sayatan lapisan dari jaringan kornea. Langkah kedua adalah remodelling kornea dibawah sayatan sebelumnya dengan menggunakan laser. Dan langkah ketiga adalah reposisi dari sayatan.
2.1. Pembuatan Sayatan (Flap)
Sebuah ring penahan dan pembentuk kornea dipasang pada mata, menahan posisi mata agar tidak bergerak. Prosedur ini terkadang, pada beberapa kasus menyebabkan perdarahan minor pada pembuluh darah halus pada mata, yang akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sterlah operasi. Setelah mata tertahan pada posisinya, maka sayatan epitellium akan dibentuk. Proses pembuatan sayatan menggunakan mikrokeratome, sebuah pisau bedah halus berketebalan beberapa mikrometer, atau menggunakan femtosecond laser. Setelah sayatan terbentuk, lapisan sayatan diangkat, meninggalkan lapisan dibawahnya, yaitu stroma, lapisan tengah dari kornea.
2.2 Laser Remodelling
Langkah kedua pada operasi ini ialah menggunakan eximer laser, yang memiliki panjang gelombang sebesar 195 nm untuk merubah bentuk dari stroma kornea. Laser menguapkan (vaporized) jaringan stroma yang ingin dibentuk ulang (remodelling) dengan ketelitian yang amat tinggi tanpa membahayakan jaringan lain disekitarnya. Tidak ada pemanasan dan pembakaran, maupun pemotongan nyata yang terjadi pada stroma yang dibentuk ulang, sehinnga tidak ada rasa sakit sama sekali pada saat operasi. Beberapa pasien hanya mengeluhkan rasa tak nyaman. Lapisan yang diambil saat penguapan jaringan hanya beberapa mikrometer ketebalannya. Perlakuan penguapan jaringan dalam kornea (stroma) pada LASIK menghasilkan kecepatan dalam operasi, hasil yang maksimal dan sedikit atau bahkan tak ada rasa sakit yang dihasilkan, apabila dibandingkan dengan operasi bedah.
Selama proses kedua ini, pengelihatan pasien akan menjadi sangat kabur setelah lapisan sayatan diangkat. Pasien hanya dapat melihat cahaya putih mengelilingi cahaya oranye dari laser.
Saat ini, manufaktur laser excimer menggunakan pelacak posisi mata yang mengikuti gerakan mata sebanyak 4000 kali perdetik, kemudian memusatkan gelombang laser dengan akurat pada daerah yang akan di remodelling. Gelombang laser yang digunakan berkisar antara 1 milijoule (mJ) selama 10 sampai 20 nanodetik.
2.3. Pemosisian Kembali Lapisan Sayatan
Setelah laser me-remodelling lapisan jaringan stroma, lapisan epiltelium yang diangkat perlahan-lahan dikembalikan ke tempatnya semula, yaitu diatas lapisan stroma yang telah di bentuk ulang, kemudian dokter mengecek ulang apakah terdapat gelembung udara, debris (kotoran halus), dan memastikan bahwa lapisan epitellium telah terpasang secara tepat. Lapisan tersebut akan menempel dengan sendirinya, dan akan menyatu dengan lapisan stroma (sembuh) sampai waktu panyembuhan telah usai.
3. Perawatan pasca-operasi
Pasien umumnya diberikan tetes mata antibiotik dan anti inflamatory (radang) selama beberapa minggu pasca operasi. Pasien juga disarankan untuk tidur lebih lama dan lebih sering dan juga diberikan sepasang pelindung mata dari cahaya yang berlebihan dan pelindung mata dari gosokan (kucek mata) ketika tidur dan mengurangi mata kering. Pasien juga harus sering menginformasikan kepada dokter tentang perkembangan pasca-operasi dan mendapatkan tips perawatan untuk meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi.
VI. Hasil Operasi LASIK
Survey yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan hasil dari pasien yang telah melakukan operasi lasik menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien berada di tingkat 92-98 persen. Sebuah survey meta-analisis bulan maret 2008 yang dilakukan oleh Amercan Society of Cataract and Refractive Surgery , lebih dari 3000 artikel yang telah diterbitkan selama 10 tahun di seluruh dunia, termasuk 19 pengajaran mengamati 2200 pasien yang diperhatikan langsung tingkat kepuasannya, menunjukkan angka 95,4 persen tingkat kepuasan dari seluruh pasien LASIK di seluruh dunia.
VII. Kandidat Ideal Pasien LASIK
Meskipun banyak individu dianggap memiliki kriteria yang baik untuk LASIK, namun terdapat beberapa yang tidak memenuhi kriteria medis umum yang diterima untuk memastikan prosedur LASIK sukses. Siapa pun yang mempertimbangkan untuk melakukan LASIK harus memiliki pemeriksaan teliti oleh dokter mata yang akan membantu menentukan, dengan konsultasi pada pasien, apakah prosedur LASIK yang tepat bagi mereka. Berdasarkan berbagai kondisi dan keadaan, semua kandidat LASIK akan terpilih ke dalam salah satu dari tiga kategori besar berikut:
1. Kandidat Ideal:
• Berumur minimal 18 tahun dan telah memiliki kacamata atau resep lensa kontak yang stabil setidaknya selama dua tahun.
• Memiliki ketebalan kornea cukup. Seorang pasien LASIK harus memiliki kornea yang cukup tebal untuk memungkinkan ahli bedah untuk aman membuat flap kornea dengan kedalaman yang sesuai.
• Pasien memiliki salah satu atau lebih dari tiga kelainan pengelihatan, seperti miopia (rabun jauh), astigmatism (penglihatan kabur yang disebabkan oleh kornea berbentuk tidak teratur), hyperopia (rabun jauh), atau kombinasi keduanya (misalnya, miopia dengan silindris). Beberapa laser sekarang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai tindakan yang aman dan efektif untuk digunakan dalam LASIK, tapi ruang lingkup masing-masing indikasi laser yang disetujui dan kisaran pengobatan terbatas pada derajat tertentu kesalahan refraksi.
• Tidak menderita penyakit pengelihatan atau yang lainnya, yang dapat mengurangi efektivitas operasi atau kemampuan pasien untuk sembuh dengan baik dan cepat.
• Telah cukup banyak mendapat informasi tentang manfaat dan risiko dari prosedur. Kandidat secara menyeluruh harus mendiskusikan prosedur dengan dokter mereka dan memahami bahwa bagi beberapa orang, tujuan dari bedah refraktif adalah mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak.
2. Kurang Ideal
Calon pasien LASIK terkadang memiliki faktor yang menghalangi pasien untuk menjadi kandidat ideal. Dalam banyak kasus, ahli bedah masih mungkin dapat melakukan prosedur dengan aman, mengingat bahwa calon dan dokter telah cukup mendiskusikan manfaat dan risiko, dan menetapkan ekspektasi yang realistis untuk hasil yang didapat. Kategori ini meliputi mereka yang:
• Memiliki riwayat mata kering, yang mungkin akan memburuk setelah operasi dilakukan.
• Pasien yang dirawat dengan obat-obatan seperti steroid atau imunosupresan, yang dapat mencegah penyembuhan, atau menderita penyakit yang melambatkan penyembuhan, seperti gangguan autoimun
• Memiliki jaringan parut kornea.
• Berumur di bawah usia 18.
• Memiliki pengelihatan yang tidak stabil, yang biasanya terjadi pada remaja. Dokter biasanya menyarankan, sebelum menjalani LASIK, pengelihatan pasien telah stabil dengan kacamata atau resep lensa kontak setidaknya selama dua tahun.
• Sedang hamil atau menyusui.
• Memiliki sejarah herpes okular dalam satu tahun sebelum memiliki operasi. Setelah satu tahun dari diagnosis awal penyakit ini, operasi dapat dipertimbangkan.
• Kesalahan refraksi terlalu berat untuk pengobatan dengan teknologi saat ini. Meskipun laser disetujui FDA tersedia untuk memperlakukan salah satu dari tiga jenis utama kesalahan refraksi miopia, hyperopia dan silindris. Indikasi yang disetujui FDA menetapkan pasien yang tepat untuk penanganan dengan miopia sampai dengan -12 D, astigmatisme sampai dengan 6 D dan hyperopia hingga 6 D. Namun, teknologi LASIK berkembang dengan cepat, dan dokter mungkin dapat mengobati kelainan yang lebih variatif di masa depan.
3. Kandidat non-LASIK
Beberapa kondisi dan keadaan individu sepenuhnya yang tidak cocok untuk mendapatkan penanganan LASIK diantaranya:
• Memiliki penyakit seperti katarak, glaukoma maju, penyakit kornea, gangguan penipisan kornea (degenerasi marjinal keratoconus atau bening), atau beberapa penyakit mata lainnya yang sudah ada terlebih dahulu dan mempengaruhi atau mengancam penglihatan.
• Tidak memberikan informasi riwayat kesehatan mata secara tepat dan menyeluruh. Hal ini mutlak diperlukan bahwa pasien harus mengetahui prosedur dan manfaat dan risiko LASIK dengan dokter bedah mereka, dan memberikan persetujuan sesuai sebelum menjalani operasi.
VIII. Teknologi dalam bidang LASIK
1. Excimer Laser
Laser excimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk operasi kornea dan koreksi pengelihatan dari teknologi sebelumnya. Sebuah pulsa (pulse) dari laser excimer dapat mengambil 0,25 mikron dari jaringan. Sebagai perbandingan, sebuah rambut manusia memiliki ketebalan 70 mikron.
Dua jenis laser excimer tersedia untuk prosedur operasi refraksi: broad beam laser dan scanning laser. Scanning laser dapat dibagi menjadi dua kelompok: silt scanning dan spot scanning. Setiap jenis laser memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
Sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter yang relatif besar (6,0-8,0 mm) yang dapat dimanipulasi untuk mengikis kornea. Penggunaan laser jenis ini dapat menghaslkan waktu operasi tercepat dibandingkan laser lainnnya, yang mengurangi kemungkinan overcorrection dan decentration -komplikasi yang disebabkan oleh pergerakan pupil-. Kerugiannya adalah kemungkinan peningkatan komplikasi yang terkait dengan pengikisan kornea.
Sebuah silt scanning laser menggunakan laser berukuran relatif kecil, yang kemudian dihubungkan ke perangkat rotasi dengan celah yang dapat berubah. Selama operasi, sinar laser yang melewati celah ini dapat berubah secara bertahap meningkatkan zona pengikisan kornea. Laser sinar seragam dan pengikisan kornea yang lebih halus merupakan ciri dari digunakannya laser jenis ini. Laser ini memiliki kekurangan, yaitu kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk decentration dan overcorrection.
Sistem laser ini memiliki potensi untuk menghasilkan pengikisan konea yang halus dan menggunakan teknologi radar untuk melacak gerakan mata. Sistem ini juga memiliki kemampuan untuk mengobati silindris tidak teratur dari acuan topografi. Laser ini harus dihubungkan dengan sistem eye-tracking untuk memastikan peletakan laser yang akurat.
2. Wavefront Sensing Diagnostik (Wavefront-guided LASIK)
Wavefront sensing adalah sebuah alat diagnostik untuk mengukur kesalahan refraksi mata. Metode refraksi konvensional terbatas untuk mengukur refraksi speris dan silinder yang dapat dijangkau oleh mata (miopia atau hyperopia dan silindris biasa). Namun, metode wavefront sensing memungkinkan dokter untuk mengukur kondisi dalam kornea yang mempengaruhi pengelihatan pasien. Mengacu dari hasil tersebut, dokter dapat menyimpulkan sebagai penyimpangan pengelihatan (higher order abberation) . Secara tradisional penyimpangan pengelihatan digambarkan sebagai silindris tidak teratur, dan dianggap pembatasan untuk pengelihatan terbaik dengan refraksi. Namun saat ini, dengan memahami dan karakterisasi komponen higher order abberation, dokter memiliki kemampuan diagnostik lebih atas silindris tidak teratur, dan kemampuan untuk mengukur tingkat alami atau pembedahan induksi abberasi. Alat diagnostik dari wavefront sensing dapat dilihat dalam verifikasi spherocylindrical refraksi, diagnosis kondisi kompleks atau keadaan rapuh dari kornea, seperti keratoconus, mata kering dan katarak, dan besarnya penyimpangan prosedur diinduksi setelah koreksi penglihatan dengan LASIK. Secara garis besar, wavefront sensing memiliki nilai lebih dalam upaya untuk memperbaiki penyimpangan pengelihatan.
Pada dasarnya, wavefront sensing menggunakan teknik sederhana. Pasien diminta untuk memandang ke depan, dan fokus pada suatu objek, sementara itu dokter memberikan sebuah proyeksi cahaya menuju mata. Berkas cahaya ini masuk ke dalam mata, dan memantul kembali keluar mata. Kemudian komputer menganalisa berkas sinar, yang selanjutnya menganalisa data berkaitan tentang keadaan mata. Beberapa sistem dengan cara ini dapat menganalisa lebih dari 2000 poin data keadaan mata.
Komplikasi yang paling sering terjadi pasca operasi refraksi adalah “mata kering”. Menurut jurnal American Journal of Ophtalmology, pada maret 2008, tingkat kejadian “mata kering” pasca operasi LASIK selama 6 bulan masa pemulihan mencapai 36%. Tingginya tingkat “mata kering” pasca operasi memerlukan evaluasi baru dalam penanganan pra-operasi dan pasca-operasi, serta perawatan bagi”mata kering”. Terdapat beberapa metode yang sukses dipasaran seperti air mata buatan, dsb. Apabila “mata kering” dibiarkan tanpa mendapatkan tindakan yang sesuai, akan menyebabkan gangguan pengelihatan dan hasil yang buruk pada LASIK maupun PRK. Pada beberapa kasus yang parah, “mata kering parah” dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan kerusakan permanen jaringan mata.
Resiko pasien dalam menderita gangguan pengelihatan seperti halos, pengelihatan ganda, kehilangan kontras pengelihatan, dan kesilauan setelah operasi LASIK bergantung pada tingkat ametropia sebelum operasi dan faktor lain. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang sering dilaporkan pasien diantaranya:
• “mata kering” pasca operasi
• Overcorrection dan undercorrection• Sensitivitas berlebihan terhadap cahaya
• Pengelihatan tidak stabil
• Halos
• Pengelihatan ganda (berbayang)
• Pengikisan (ablasi) berlebihan
• Kotoran renik (debris) dalam sayatan
• Erosi epitelium
• Macular hole.
XI. Daftar Pustaka
"LASIK." (http:/ / www. intelihealth. com/ IH/ ihtIH/ WSS/ 9339/ 32123. html) Aetna InteliHealth Inc.
Excimer Laser Ablation Human Eye Marguerite B. McDonald, MD; Herbert E. Kaufman, MD; Jonathan M. Frantz, MD; Stewart Shofner,
MD; Bayardo Salmeron, MD; Stephen D. Klyce, PhD New Orleans, La Arch Ophthalmol. 1989;107(5):641-642.
FDA information page on LASIK (http:/ / www. fda. gov/ cdrh/ lasik/ )
Bailey MD, Mitchell GL, Dhaliwal DK, Boxer Wachler BS, Zadnik K (July 2003). "Patient satisfaction and visual symptoms after laser in
situ keratomileusis"
Compiled by :
Satrio Adhitioso BME UNAIR '09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan tanggapan/komentar anda dikotak komentar dibawah ini, mohon tidak melakukan spam dalam komentar.